Ketika Allah Menentukan Keselamatan

Ketika Allah Menentukan Keselamatan

Dokumentasi tulisan: 16 May 2008

 (Sebuah Permenungan John Calvin tentang Predestinasi)

Pendahuluan

Teologi Predestinasi, bagi Calvin menjadi ajaran yang penting untuk diajarkan. Alkitab diyakini mengajarkan pokok isi predestinasi itu sendiri. Menurutnya, Predestinasi ialah "Allah bebas menetapkan apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi atas setiap orang. Dengan bebas, Allah memilih orang yang diselamatkan dan menolak orang yang tidak masuk dalam keselamatan-Nya". Dari kutipan yang terakhir jelas terlihat bahwa ajaran Calvin ini dikenal dengan istilah Predestinasi Rangkap: adanya pemilihan (electio) dan penolakan (reprobatio) oleh Allah.
Ajaran Predestinasi rangkap(bab XXI—XXIV) ini menjadi salah satu bagian tema edisi buku ketiga The Way of Obtaining The Grace of Christ sebagai lanjutan dari karya utamanya Christianae Religiones Institutio. Sebagai referensi, kami mengunakan dua sumber buku terjemahan Christianae Religiones Institutio ke dalam Bahasa Inggris The Institutes of Christian Religion dan Bahasa Indonesia Institutio. Pengajaran Agama Kristen.

Predestinasi
Sejarah Singkat

John Calvin lahir di Noyon, Perancis. Pada 1534 Calvin secara terbuka mendukung reformasi lembaga kegerejaan di Perancis. Dalam situasi pengasingan dan penganiayaan negara terhadap orang Kristen Protestan di Perancis, ia menerbitkan ringkasan teologinya dalam karya pertamanya Christianae Religionis Institutio(1536). Dengan segera, Calvin mempersembahkan bukunya kepada Francois I, Raja Perancis sebagai pengakuan Iman Kristen. Selain di Strasbourg, pada 1541 Calvin mulai menetap penuh di Geneva sebagai salah satu tempat karya pastoralnya. Pelayanannya dikonsentrasikan bagi para pengungsi Protestan Perancis.

Teologi Calvin

Ajaran predestinasi dikembangkan dari pemikiran Paulus dalam surat kepada jemaat di Roma 8:29-30 . Kemudian, Agustinus mengembangkan ajaran ini guna melawan Pelagianisme yang menekankan kehendak bebas bagi keselamatan manusia . Ajaran Paulus melalui pengaruh Agustinus mendominasi perdebatan pada masa Reformasi dan terwariskan kepada Gereja Lutheran dan Calvinis pada masa Protestanisme modern.

Tema sentral pemikiran Agustinus adalah kehendak manusia dikuasai oleh dosa. Manusia dengan cara dan usahanya sendiri tidak dapat selamat sehingga membutuhkan rahmat Allah. Rahmat-Nya ditawarkan secara cuma-cuma. Namun, hanya dianugerahkan pada orang-orang terpilih .

 "Memang kita juga bekerja, namun kita hanya bekerja sama dengan Allah yang bekerja. Karena kerahiman telah mendahului kita, supaya kita, setelah disembuhkan, dihidupkan; Ia mendahului kita, supaya kita dipanggil, dan Ia mengikuti kita, supaya kita dimuliakan; ia mendahului kita supaya kita hidup saleh, dan Ia mengikuti kita supaya kita hidup bersama Allah selama-lamanya, karena tanpa Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa."

Ketika Calvin menganut Protestan, reformasi telah berjalan selama sepuluh tahun dan gagasan-gagasan Luther sudah tersebar di seluruh Eropa Barat. Calvin disebut sebagai generasi kedua reformasi sesudah Luther. Teologi Calvin sendiri bertolak dari teologi Luther. Walaupun kesamaan teologi berpusat Kristus dan saling mendasarkan diri pada pemikiran Agustinus, tetapi teologi diantara keduanya memiliki perbedaan.

Pada awalnya pemikiran Martin Luther muncul untuk melawan praktek indulgensi dalam Gereja Katolik . Martin Luther percaya bahwa keselamatan adalah pemberian Allah semata-mata kepada semua orang yang sungguh menyesali dosanya dan mengharapkan pengampunan dari-Nya.

Dalam teologinya, Calvin sangat menekankan manusia tidak mempunyai tugas selain memuliakan Allah. Karena dosanya, manusia tidak mampu memberikan kehormatan yang patut diberikan kepada-Nya. Tetapi kalau Allah mengampuni dan membenarkannya, maka ia dapat memuliakan Allah dengan hasil yang dapat berkenan kepada Allah. Dengan demikian, Calvin sangat mementingkan pula tanda kelahiran baru atau pengudusan bagi orang yang dibenarkan sebagai penyertaan pembenaran orang berdosa. Manusia yang dibenarkan wajib menampakkan imannya dalam perbuatan yang berkenan pada Allah.

Alkitab: Sumber Predestinasi dan Praescientia

Hampir seluruh doktrin dalam Institutio bersumber pada Alkitab sendiri, termasuk ajaran predestinasi sendiri. Dalam perkembangan Calvinisme, bukunya akan digunakan untuk membantu para Calvinis, khususnya para calon teolog sebagai suatu pedoman dalam membaca Firman Allah dengan tepat. Alkitablah yang memberi bahan pada Institutio. Maka, baginya, Christianae Religiones Institutio (Pengajaran Agama Kristen) berarti pengajaran Alkitab.

Dengan Alkitab, kita harus mencari pengetahuan mengenai Allah, yang hanya dapat ditemukan dalam Yesus Kristus. Pribadi Kristus menjadi kunci jembatan untuk membaca Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sepertinya Calvin memiliki kecenderungan untuk memaksakan seluruh isi Alkitab dalam satu sistem yang berpusat pada Kristus.

Sehubungan dengan predestinasi, Calvin menganggap ajaran ini sebagai ajaran penting. Bagi Calvin, tugas seorang teolog adalah menjelaskan apa yang ditulis dalam Alkitab dan predestinasi sendiri diajarkan dalam Alkitab(Inst., III, xxii).
Ajaran Calvin ini dikenal dengan nama Predestinasi Rangkap: Allah telah menentukan dari kekekalan siapa yang akan diselamatkan-Nya dan siapa yang akan dihukuman-Nya; tanpa memperdulikan iman, cinta, jasa baik, ataupun kekurangan mereka. Namun, perlu kita garisbawahi bahwa ajaran predestinasi dari Calvin bukanlah ajaran baru, melainkan sebuah pengembangan dari ajaran yang telah ada.

Seperti telah disinggung diatas, Calvin mengikuti konsep Paulus dalam Roma 8:29-30 mengenai Gereja sebagai "komunitas yang terpilih". Menurutnya, tidak semua orang diciptakan dalam keadaan yang sama sehingga yang ada yang ditentukan untuk menerima kehidupan kekal dan ada yang ditentukan untuk menjalani hukuman abadi. Hal ini terjadi karena Allah telah mengetahui segala sesuatu sebelumnya (Praescientia). Ia berpendapat bahwa manusia dipilih dalam Kristus sebelum dunia dijadikan . Maka, tidak diperhitungkan sama sekali apakah kita layak memperoleh keselamatan tersebut.

"Kami menyatakan bahwa mengenai mereka yang menjadi pilihanNya, putusan itu berdasarkan rahmatNya yang cuma-cuma, dengan sama sekali tidak mengindahkan apakah manusia layak memperolehnya; dan bahwa bagi mereka yang diserahkanNya kepada kebinasaan, ditutupNya jalan masuk ke kehidupan oleh karena hukuman-Nya yang benar dan tanpa cela tetapi tidak dapat kita pahami. Selanjutnya kami menyatakan bahwa pada orang-orang pilihan, panggilan itu adalah bukti tentang terpilihnya mereka." Dengan pendapatnya ini Calvin mengajak orang untuk semakin percaya bahwa manusia diterima di dalam Kristus untuk mendapat bagian dalam warisan surgawi sebab manusia tidak bisa mencapai kemuliaan Allah sendiri. Tanda pemilihan dan penolakan dikaitkan dengan keselamatan dan penghukuman. Pemahamannya tentang keselamatan dan hukuman didasarkan pada Yoh 6:44-45: "Tidak ada seorang-pun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku...Dan setiap orang yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa datang kepadaKu" dan Yoh 13:18: "Aku tahu, siapa yang telah Kupilih."

Dalam perkembangan Calvinisme, ajaran predestinasi menjadi perdebatan di kalangan para Calvinis sendiri. Sebab mulai dipertanyakan,"Dimanakah keberadaan orang yang diselamatkan dan tidak diselamatkan oleh Allah?". Banyak orang kemudian menjadi ragu apakah diri mereka terpilih oleh Allah. Siapa menjamin bahwa mereka berhak untuk percaya kepada Kristus dan mengharapkan keselamatan? Keputusan predestinasi dianggap menentukan segala sesuatu yang dilakukan Allah. Ajarannya memancing reaksi pihak-pihak yang tidak sependapat mengenai "penghukuman terhadap orang yang ditolak Allah".

Pembahasan pengaruh ajaran predestinasi pada Calvinisme dicukupkan sekian karena kami hanya membatasi diri pada pemahaman awal Calvin tentang predestinasi. Namun, kami ingin menggarisbawahi bahwa, pada awalnya, pemikiran predestinasi Calvin masih bersifat apa yang dihayati dalam hatinya. Pemikiran akan penentuan akan keterpilihan dan penolakan belum banyak berperan bagi Calvin saat itu.
Bila kembali ke dalam teks Institutio, Calvin sempat menyinggung tentang orang-orang yang membantah ajarannya. Menanggapi sanggahan mereka, Calvin memberikan argumen tandingan.

"...apa bila dengan pemberitaan Firman lahiriah semua orang dipanggil supaya bertobat dan beriman, padahal tidak semuanya diberi Roh tobat dan iman. Dalil mereka itu saya tolak, karena dalil itu salah ditinjau...Dialah yang berhak menentukan kepada siapa kekayaan itu hendak dibagikan...Jika mereka tidak berhenti membantah, maka semoga kesederhaan iman puas dengan anjuran Paulus bahwa "Allah menaruh kesabaran dan kelembutan yang besar terhadap benda kemurkaanNya yang telah disiapkan untuk kebinasaan—justru untuk menyatakan kekayaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan" (Roma 9:22).

            Calvin menganggap mereka sebagai benda kemurkaan Allah karena mereka mencoba melawan Allah. Singkat kata: mereka yang mempertanyakan predestinasi adalah manusia jahat karena memiliki rasa ingin tahu terhadap alasan-alasan kehendak ilahi.

Lalu bagaimana nasib mereka yang diselamatkan dan tidak diselamatkan oleh Allah?" Secara sederhana, Calvin mau memastikan kebebasan Allah dalam menyelamatkan manusia. Bagi orang yeang percaya kepada Yesus Kristus sekaligus menjadi pilihan Allah, tidak perlu meragukan lagi keselamatannya. Bahkan sekalipun ia berdosa, Allah tidak pernah membinasakan dia binasa. Sebaliknya, kalau ada yang tidak menerima keselamatan dalam Kristus, maka itu semata-mata kehendak Allah. Sisi penolakan adalah sisi logis dari tanda pemilihan. Mengapa Allah menolak mereka dan membiarkan jatuh dalam kebinasaan, tidak patut diketahui manusia. Maka, manusia dilarang untuk mengetahui rahasia Allah(yang tidak dijelaskan dalam Alkitab).

Tanggapan Situasi Pastoral

Dalam sebuah diskusi, kami sempat melontarkan sebuah pertanyaan," Sungguhkah Predestinasi hanya pemikiran iman subyektif Calvin saja atau memang diinspirasikan oleh Alkitab semata? Walau kurang dari sempurna, kami menangkap bahwa ada kaitan kuat antara ajaran predestinasi dengan keadaan situasi pukulan Calvin hidup. Ajaran predestinasi menjadi tanggapan iman atas situasi pastoral. Dalam masa pengasingan, banyak teman-temannya dari kalangan kristen protestan dibunuh dan harus melarikan diri. Situasi mereka berada dalam kecemasan dan kebingungan. Menurut catatan sejarah, mereka disamaratakan dengan kalangan Anabaptis(yang menolak pembaptisan anak-anak) yang pada saat itu sedang mengalami pengejaran oleh Perancis, sehingga penindasan dipukul rata begitu saja(baik pada kalangan Anabaptis dan kristen Protestan). Untuk mencegah hal ini, Calvin, dengan niat yang baik, menuliskan sebuah surat kepada Francois I, Raja Perancis sambil mempersembahkan bukunya sebagai legitimasi atas pengakuan iman Kristen. Surat ini rupanya mampu mempengaruhi perhatian Raja Perancis terhadap keadaan warga Kristen Protestan.


Menanggapi pertanyaan diawal tadi, kami bersepakat bahwa Institutio karya Calvin tidaklah ditulis secara teknis dan ilmiah dengan bahan kandungan teologi yang sistematis. Institutio mampu mempengaruhi ajaran Protestan karena pembahasannya ditulis secara teratur, gaya bahasa sederhana dan menarik disertai penguasaan akan Alkitab. Selain itu, di dalam Institutio Calvin lebih banyak mencurahkan isi hatinya sendiri. Bukan dengan maksud memetakan pemikiran Allah melainkan ia berbicara mengenai pengalamannya sendiri yang bertolak dari firman Allah dalam Alkitab.



Kesimpulan
Dengan melihat seluruh pemikiran serta permenungan dasar Calvin tentang predestinasi, kami ingin memberikan kesimpulan. Pertama, kami memandang bahwa predestinasi rangkap ini menghilangkan kebebasan manusia; jika Allah telah menentukan bahwa seseorang selamat atau tidak selamat, maka manusia tidak menjadi bebas (baca: berguna). Ia terikat oleh ketentuan yang telah diketahui dan ditetapkan sebelumnya oleh Allah sehingga manusia tidak bebas dalam menentukan dirinya. Maka pantaslah jika dalam perkembangan Calvinis selanjutnya ajaran ini dipertanyakan. Kemudian, orang menjadi ragu apakah keselamatan ditentukan oleh predestinasi atau Allah sendiri ?

Kedua, Calvin tidak dapat memberikan penjelasan lebih jauh atas nasib orang-orang di luar pilihanNya dalam ajaran predestinasinya. Jika seandainya Calvin berani menyatakan bahwa orang-orang yang diselamatkan hanyalah mereka yang telah dipilih sebelumnya, seharusnya ia juga konsekuen bahwa nasib orang-orang yang berada di luar juga menjadi pilihanNya. Selain itu, dalam banyak hal ajaran ini dirasa masih terlalu "mengambang". Dalam perkembangan selanjutnya, dalam Calvinisme ajaran predestinasi ini justru semakin dipertanyakan.

Lalu di mana sikap "Allah yang pemurah" pun menjadi tidak tampak. Sepertinya di sini, Calvin terlalu berpegang teguh atas keyakinan bahwa Allah sudah memberikan tanda pemilihan serta penolakan sejak awal. Namun, kami merasa bahwa Calvin masih perlu merenungi lain sumber (perikop) lain dalam kitab suci. Allah yang ditampilkan sebenarnya Allah yang terbuka, Allah yang ditampilkan dalam kitab suci sebenarnya adalah Allah yang berbelas kasih (1 Tim 2:4) dan semua orang menerima cinta Allah (Kis 17:25-28), dan masih banyak lagi perikop dalam kitab suci yang menunjukkan Allah yang berbelas kasih dan terbuka terhadap semua orang. Singkat kata: penekanan Calvin terhadap perikop tertentu menjadi bukti bahwa dia tidak konsekuen jika ingin memandang Kristus sebagai pusat atas Perjanjian Lama dan Baru, bahwa sebenarnya ada Allah yang mengejawantah dalam peribadi Yesus Kristus yang penuh belas kasih.

Ketiga, kelompok kami menyatakan bahwa doktrin predestinasi Calvin ini dikarenakan suatu latar belakang situasi pada saat itu. Namun, ajaran ini bukanlah hal baru melainkan hasil pengembangan ajaran predestinasi yang telah ada. Max Webber menyatakan bahwa yang dinyatakan Calvin dalam predestinasinya merupakan ekspresi dari suatu kecemasan dan kebingungan pada saat itu. Namun, dari refleksinya yang sederhana dan kurang sistematis, Calvin tidak bermaksud memetakan pikiran Allah sendiri. Olehnya, manusia justru diajak untuk memuliakan Allah semata. Tetapi, ia mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan sejarah gereja berikutnya, khususnya bagi Gereja Calvinis.



DAFTAR PUSTAKA


1. Arifin, Winarsih (Terj.), 1980. Institutio. Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: BPK gunung Mulia.

2. Calvin, John, 1987. The Institutes of Christian Religion. London: Baker Book House.
3. Embuiru, P. Herman (Terj.), 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Arnoldus.
4. End, Th. Van den, 2004. Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

5. Gonzalez, Justo. L, 1985. The Story of Christianity Vol. 2 The Reformation to The Present Day. San Fransisco: Harper Collins.

6. Jonge, Christiaan de, 2001. Apa itu Calvinisme?. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
7. Kristiyanto, Eddy, 2002. Gagasan yang Menjadi Peristiwa. Yogyakarta: Kanisius.
8. ______________, 2004. Reformasi dari Dalam. Yogyakarta: Kanisius.
9. Lindberg, Carter, 1996. The European Reformation. Oxford: Blackwell Publisher.
10. Ozment, Steven, 1980. The age of Reform 1200—1550. Westford: Yale University Press.
 
 
 
Salam Cinta Seluas Angkasa,
Petrus Hepi Witono
tulisan lainnya dapat dilihat di www.lembutambun.blogspot.com
 
 

Post a Comment

0 Comments