*Petrus Hepi Witono
Character Building Development Center (CBDC) Binus University
Jln. Kemanggisan Ilir III No.45 - Palmerah, Jakarta 11480
ABSTRAKSI
Karya ini dilatarbelakangi oleh fenomena kecanggihan teknologi
internet yang semakin merebak hampir disebagian besar kalangan
masyarakat Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara berkembang
yang memiliki kegairahan besar terhadap teknologi internet. Dalam
sejarah, Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan internet pada awal
tahun 1980an di dalam universitas-universitas negeri di Indonesia.
Internet mulai menjadi populer sejak runtuhnya rezim suharto di
tahun 1998. Hingga akhirnya, internet menjadi alat yang digunakan
para mahasiswa untuk melakukan pergerakan politik. Sejak itulah,
masyarakat indonesia mulai mengenal aktivitas berbasis internet.
Namun, kemajuan internet di Indonesia juga membawa dampak pada
perubahan perilaku generasi muda yang disebut sebagai Generasi Y.
Karya ini memperlihatkan bagaimana para orang tua serta pengguna
internet di Indonesia perlu bersikap terhadap kemajuan internet.
Kata kunci: internet, online, jejaring, media sosial, perilaku, dan
generasi Y.
ABSTRACT
This work is motivated by the phenomenon of sophistication of
Internet technology which nowadays is rapidly evolving almost in
most of the people of Indonesia. Indonesia is a developing country
which has a great enthusiasm for Internet technology. In history,
the Indonesian government began developing the Internet in the early
1980s at the state universities in Indonesia. Internet started to
become popular since the collapse of the Suharto regime in 1998.
Until the end, the Internet became a tool used by many college
students to perform a political movement. Since then, the Indonesian
community began to recognize the internet-based activity. However,
the progress of the Internet in Indonesia also have an impact on
behavior change for young generation are referred to as Generation
Y. This work shows to the goverment, parents and internet users in
Indonesia how to should behave towards advancement of the
Internet.
Keywords: internet, online, networking, social media, behavioral,
and generation Y.
PENDAHULUAN
Perkembangan internet di era digital yang makin pesat saat ini,
membuat pihak tertentu khususnya pemerintah Indonesia cukup hati-hati
dengan maraknya pornografi, penipuan online, perjudian online,
prostitusi online,serta hacking cyber crime yang dapat merusak
generasi mudah sekarang.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Pemerintah
Indonesia belum lama mengumumkan rencana pembentukan empat tim
panel untuk menangani masalah situs-situs bermuatan negatif yang
diberi nama Forum Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif
(FPSBIN). Rencana ini diikuti dengan menutup 22 situs website media
Islam yang dinilai menyebarkan nilai radikalisme melalui internet
(Yoga Hastyadi Widiartanto, 2 April 2015). Termasuk beberapa situs
yang memberikan dakwah secara online. Penutupan tersebut merupakan
permintaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Sejumlah
pengelola situs internet mengajukan protes dan mengadakan pertemuan
dengan perwakilan dari Kemenkominfo, BNPT, Kementerian Agama dan
Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.
Ada beberapa alasan yang dipaparkan oleh BNPT dan Kemenkominfo
tentang beberapa kriteria situs yang tergolong menebarkan radikalisme.
Pertama, dianggap ingin melakukan perubahan dengan menggunakan
kekerasan dan mengkafirkan orang lain. Kedua, mendukung, menyebarkan,
dan mengajak bergabung ISIS. Ketiga, memaknai jihad secara terbatas.
Keempat, domain website yang digunakan bukan domain
Indonesia.
Forum Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif (FPSBIN) resmi
dibentuk oleh pemerintah pada tanggal 6 April 2015. Para tim panel ini
nantinya bertugas mengawasi dan merekomendasikan dalam memblokir suatu
situs yang diduga bermuatan negatif. Penanganan Situs Internet
bermuatan negatif ini sudah masuk didalam Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika (Permen) Nomor 19 Tahun 2014 tanggal 17 Juli 2014
(Aditya Panji, 2015).
“Forum PSIBN ini terdiri atas empat panel, yaitu Panel Pornografi,
Kekerasan pada Anak dan Keamanan Internet; Panel Terorisme, SARA dan
Kebencian; Panel Investigasi Ilegal, Penipuan,
Perjudian,obat&Makanan dan Narkoba dan Panel Hak Kekayaan
Intelektual.”
Tim panel ini memiliki para ahlinya dari setiap masing-masing bidang,
sebagai berikut (Yoga Hastyadi Widiartanto, 2015):
“Bidang Pornografi, kekerasan terhadap anak dan keamanan internet
akan diisi oleh Wakil dari Komnas Perlindungan Anak, perwakilan dari
Nawala, Yayasan perlindungan anak, dan Asosiasi Pengelola Jasa
Internet dan Klik Indonesia.
Bidang Teroris Medan SARA akan diisi oleh para ahli dari Dewan Pers,
organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Walubi, Parisada Hindu
Budha, Konghucu, akademisi dan dari unsur pemerintah.
Bidang Investasi Ilegal, Penipuan, Perjudian, Obat dan Makanan serta
Narkoba. Panel ini akan diisi dengan perwakilan dari Badan POM, BNN,
OJK, Bappebti, Kadin, Pandi dan unsur Kominfo.
Bidang Hak Kekayaan Intelektual yang terdiri dari Dirjen HKI,
perwakilan dari para organisasi industri kreatif dan dari unsur
Kominfo.
Para panel ini akan diarahkan langsung oleh Menteri Kominfo bersama
MenkoPolhukam, kepala BNN, Badan Nasional Penanggulan Terorisme dan
para tokoh nasional terseleksi.”
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengungkapkan bahwa
FPSBIN bertujuan meningkatkan kualitas governance (tata kelola) soal
pemblokiran situs yang bernilai negatif. Tim panel akan membantu
pemerintah dalam memberikan penilaian yang tepat serta verifikasi dari
masyarakat.
Pembentukan tim panel ini tentunya menuai kritik masyarakat.
Pasalnya, Pemerintah dianggap tidak punya dasar yang kuat serta
transparansi dalam memblokir sebuah situs website. Belum ada definisi
yang jelas dalam menentukan apa yang baik, haram, halal, pornografi
dan terorisme. Hal ini akan membuat para pendiri situs website
kehilangan hak asasi mereka untuk bersuara.
Keprihatinan Pemerintah Indonesia sepertinya lebih didasari oleh
kemajuan internet yang semakin pesat diiringi meningkatnya penggunaan
internet di Indonesia. Namun, penggunaannya lebih ke hal yang
bernuansa negatif.
Menurut Sekretaris Jenderal Kemkominfo, Dr. Suprawoto SH, M.Si
(Kominfo.go.id, 15 Mei 2015) akses internet semestinya memberikan
nilai tambah bagi para penggunanya dan bukan untuk hal-hal yang
negatif seperti adanya baru-baru ini transaksi seksual melalui online,
penipuan dan pembobolan. Tetapi kiranya kita perlu mempelajari
bagaimana pengaruh internet saat ini bagi perubahan perilaku generasi
muda di Indonesia.
ABAD KEMAJUAN INTERNET
Sebuah perusahaan IT perangkat lunak, Atlassian memaparkan dalam
sebuah infografik Communication Through the Ages bahwa tahun 1969
merupakan tahun munculnya internet pertama kali yang diberi nama
ARPANET, sebagai proyek militer Amerika. Internet merupakan
bagian dari ARPANET yang ditujukan untuk kebutuhan non militer, yang
baru muncul pada tahun 1972 (Ahira, 2015). Pada tahun 1980-an,
internet makin meluas seiring menjamurnya komputer pribadi. Memasuki
tahun 1988, perkembangan fasilitas komunikasi chatting mulai
diperkenalkan.
Tahun 1995, menjadi awal kebangkitan World Wide Web yang dikembangkan
oleh Tim Berners-Lee, seorang ahli komputer dan fisika berkebangsaan
Inggris, yang bertujuan pertama kali digunakan untuk menyimpan
data-data pemerintah yang cukup banyak secara virtual (Wikipedia,
2015). Lalu lintas internet saat itu didominasi oleh transfer file dan
pemerintah Amerika mengawasi penggunaan internet melalui jaringan
internet komersial (Ahira, 2015). Namun perlu diketahui bahwa internet
tidak bisa disamakan dengan Website. Internet diasumsikan sebagai
jalan raya dan Website adalah platform yang berada dijalur lalu lintas
tersebut.
Abad 20 dan 21 menjadi babak baru bagi kemajuan internet. Internet
secara positif terbukti telah menciptakan “dunia” baru bagi para
penggunanya untuk berekspresi dan berkomunikasi. “Dunia” baru ini
disebut sebagai dunia cyber atau dunia maya dimana para penggunanya
bisa berbagi dan berkomunikasi tanpa dibatasi oleh wilayah dan
kewarganegaraan. Di dunia maya, para pengguna bisa menemukan akses ke
berbagai website yang memberikan bermacam materi pengetahuan dari
belahan dunia lain.
Internet telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat dan menjadi
jaringan data komputer terbesar di dunia yang digunakan oleh banyak
orang. Kemajuan teknologi internet ini mendorong para wirausahawan
untuk mengembangkan berbagai aplikasi baru berbasis internet, seperti
game online, video conference, situs jejaring sosial, forum komunitas,
dan online banking. Para dosen masih memanfaatkan internet pula untuk
mempublikasikan jurnalnya di kampus. Setiap orang kini bisa menikmati
lagu gratis dari Soundcloud.com, menonton dari Youtube.com, mengunduh
aplikasi dari Filehippo.com. Bahkan, internet telah memungkinkan
banyak para startup di Indonesia membuka usaha toko-toko online dalam
memasuki era perdagangan digital atau e-commerce. Maka dapat
disimpulkan sementara bahwa internet kini menjadi bagian dari gaya
hidup masyarakat.
Disisi lain, kemajuan internet tetap memungkinkan peluang negatif
juga bagi para penggunanya untuk melakukan pembajakan sofware,
menonton pornografi, perjudian online, dan lain-lain. Sebagai contoh
aplikasi komputer bernama Baidu Browser yang banyak diminati para
pengguna internet memiliki kemampuan untuk membajak film dan
lagu.
Pengaruh internet yang sangat pesat memberikan dampak yang besar luar
biasa pada perubahan pola interaksi dan perilaku antar individu baik
generasi muda dan tua. Mark McCrindle, et all dalam buku “The ABC of
XYZ: Understanding The Global Generation (2014) memaparkan adanya tiga
macam generasi yang populer yakni Generasi X, Y dan Z.
Generasi X adalah mereka yang lahir diantara tahun 1960 hingga 1980
(umur 35-55 tahun). Mereka termasuk generasi yang berpendidikan, aktif
dan memiliki orientasi keluarga yang tinggi. Istilah generasi X ini
dipopulerkan oleh Robert Capa (awal 1950) dan Douglas Coupland (1991)
dalam novelnya berjudul Generation X: Tales for an Accelerated
Culture.
Generasi Y atau Millennials adalah mereka yang lahir diantara tahun
1980 dan 1994 (umur 21-35 tahun). Mereka adalah generasi sudah mulai
mengenal teknologi seiring munculnya berbagai media komunikasi dan
internet. Richard Beach, et all (Freda Briggs, 2011) menegaskan bahwa
anak yang lahir pada pertengahan tahun 1990 ini tumbuh seiring
munculnya berbagai perangkat daring (online).
Richard Beach, et all memaparkan demikian:
“Computer are still the most common way to access the internet and
children also go online user other devices, such us mobile phone &
game consoles”.
Mereka mulai menggunakan telepon selular, komputer dan gawai (gadget)
lainnya. Istilah generasi Y ini dipopulerkan oleh William Strauss dan
Neil Howe dalam bukunya berjudul Generations: The History of America’s
Future, 1584 to 2069 (Wikipedia, 2015). Strauss dan Howe menetapkan
1982 dan 2004 sebagai awal dan akhir generasi Y.
Generasi Z adalah mereka yang lahir diantara tahun 1995 dan 2009
(umur 6-20 tahun). Mereka dianggap sebagai New Silent Generation.
Generasi Z memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengakses informasi
dan banyak mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi dan
bersosialisasi. Salah satu perbedaan yang mencolok ialah , pertama,
ketertarikan mereka kepada perangkat gagdet di usia yang sangat muda.
Kedua, konsumen dari generasi ini lebih banyak menggunakan media
sosial untuk berkomunikasi. Mereka makin fasih dengan dunia maya.
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut populasi ini ialah Generasi
C (Connected, Communicated, Community-oriented, and
Clicking).
Michael Hauben dalam hasil penelitiannya di tahun 1995 menyebutkan
bahwa seseorang yang sering mengakses internet dapat disebut dengan
istilah “Netizen” (IEEE Computer Society Press, 1997). Generasi Z ini
masuk dalam kriteria “Netizen” karena mereka senang berkomunikasi dan
mencari informasi melalui jaringan digital. Mereka cenderung tidak
loyal kepada perusahaan, mudah berpindah-pindah kerja dan senang
berkomunitas (Ari Margono, 2012). Ia mengatakan bahwa generasi ini
ialah anak muda yang ada di negara berkembang seperti Brazil, India,
China, Rusia dan Indonesia.
FENOMENA UNIK DI INDONESIA
Kecepatan Internet di Indonesia
Pertumbuhan pengguna Internet di Asia tumbuh sangat pesat, dari 114,3
juta pada tahun 2000 menjadi 1,2 miliar tahun ini atau sekitar 31,7
persen dari total pengguna dunia. (Tempo.co, 2014).
Perusahaan penyedia layanan komputasi awam Akamai Technologies
merilis sebuah riset tentang kecepatan internet dunia di kuartal empat
2014 (CNN Indonesia, 2015). Hasil riset tersebut mendapati ketiga
negara Asia Timur yakni Korea Selatan, Hong Kong dan Jepang tercatat
sebagai negara yang memiliki koneksi internet tercepat di dunia.
Sedangkan koneksi untuk Indonesia sendiri masih dibawah rata-rata,
hanya 1,9 Mpbs dengan posisi peringkat 122 pada kuartal keempat 2014.
Jauh berbeda ketika berada dikuartal ketiga yang bisa menembus 3,7
Mbps.
Hasil riset Netindex.com, mencatat bahwa koneksi internet di
Indonesia hanya dapat menembus 4.1 Mbps terkait rata-rata kecepatan
internet ASEAN. Riset ini dilakukan sejak 7 Maret hingga 5 April 2014.
Dari kedua riset ini memperlihatkan bahwa angka kecepatan internet di
Indonesia sangat tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti
Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam.
Gambar 1. How Southeast asia Performing Internet Speed Race
(techinasia.com)
Rendahnya koneksi akses internet di Indonesia tidak menyurutkan
kenyataan makin tingginya jumlah para pengguna internet. Kenyataan ini
justru berbanding terbalik. Orang di Indonesia justru menyambut
kehadiran internet dengan antusias. Menurut saya, ini sebuah fenomena
yang unik.
Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan internet pada awal tahun
1980an di dalam universitas-universitas negeri di Indonesia (APJII,
2015). Internet mulai menjadi populer sejak runtuhnya rezim suharto di
tahun 1998. Sehingga, internet menjadi alat yang digunakan para
mahasiswa untuk melakukan pergerakan politik. Sejak itulah, masyarakat
indonesia mulai mengenal aktivitas berbasis internet.
Agung Yudha selaku Public Policy and Government Relations Google
Indonesia mengatakan bahwa Orang Indonesia kecanduan dengan internet
(Hani Nur Fajrina, 6 April 2015). Kawasan Asia memang benar menjadi
lahan pasar internet dunia. Penggunaannya pun lebih banyak untuk
aktivitas mobile dan terhubung dengan media sosial. Dia memberitahu
bahwa negara dengan tingkat mobilitas internet tinggi ialah Korea
Selatan, Hong Kong, Singapura dan Indonesia. Diduga, hasrat orang
Indonesia untuk mengenal perkembangan teknologi jauh lebih semangat
mengalahkan warga di negara barat sendiri yang secara nota bene
insfrastrukturnya sudah maju pesat .
Pertumbuhan pengguna internet di seluruh dunia mencapai 566% sejak
tahun 2000-2012, dan Asia merupakan penyumbang terbesar sekitar 44,8%
dari total pengguna internet di seluruh dunia (Tony Barhanudin, 2015).
Indonesia diprediksi dapat menyalip beberapa negara Asia lainnya di
tahun 2017 dan jumlah pengguna internet di Indonesia akan mencapai
angka 123 juta di tahun 2018.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa pengguna
internet di Indonesia sudah mencapai 63 juta orang di tahun 2013
(Kominfo.go.id, 7 November 2013). Total 95 persennya menggunakan
internet untuk mengakses jejaring sosial.
Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan
Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring, mengatakan bahwa salah
satu jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan
twitter. Indonesia menempati peringkat ke-4 untuk facebook terbesar
setelah USA, Brazil, India dan peringkat ke-5 untuk twitter di tingkat
dunia setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris.
Sebagian besar pengguna twitter di Indonesia berdasarkan data 2013,
kebanyakan konsumen, yaitu tidak produktif, tidak memiliki blog, tidak
membuat video namun sering membuat status baru di twitter. Seorang
produsen di jejaring sosial biasanya termasuk orang-orang yang
memproduksi sesuatu seperti tulisan di blog, foto di instagram maupun
mengupload di Youtube.
Majalahmarketing.com memaparkan faktor pemicu yang membantu
terjadinya peningkatan para pengguna internet di Indonesia, sebagai
berikut:
“Pertumbuhan pengguna internet yang signifikan di beberapa negara
berkembang - seperti Indonesia, secara tidak langsung dipengaruhi oleh
semakin murahnya perangkat dan koneksi mobile broadband yang ada
dipasaran saat ini. Mobile Phone dan koneksi mobile broadband yang
murah telah mempermudah dan meningkatkan akses dan penggunaan internet
di negara berkembang dimana fixed internet tidak terjangkau bagi
konsumen karena kurangnya infrastruktur atau biaya yang terlampau
mahal.
Faktor lain yang menjadi pemicu adalah meningkatnya jumlah langganan
mobile yang signifikan di Asia, dikarenakan banyaknya pengguna yang
beralih dari feature phone ke smartphone sekitar tahun 2012.
Merebaknya smartphone jelas membuat kemudahan bagi penggunanya untuk
mengakses internet. Berbagai situs seolah menjadi candu bagi sebagian
masyarakat. Maka tidak heran jika banyak marketer mulai menaruh
perhatian pada pemanfaatan channel digital”
Kini, pengguna facebook di Indonesia menembus 69 juta pengguna,
sedangkan pengguna twitter mencapai 50 juta pengguna. Dari data ini,
Indonesia menduduki peringkat ke-4 pengguna facebook terbesar.
Munculnya jejaring sosial tanpa disadari telah menjadi salah satu
bagian gaya hidup (Tony Burhanudin, 2015).
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
melaporkan dalam hasil risetnya bahwa pengguna internet di Indonesia
sudah mencapai 88,1 juta jiwa di akhir 2014. Jumlah penduduk sendiri
tercatat 252,4 juta. Berarti penetrasinya berjumlah sekitar 34,9%.
Naik dari 2013, sekitar 71 juta pengguna. Peningkatan tersebut
dianggap tidak lepas dari semakin populernya media sosial. (Aditya
Panji, 26 Maret 2015).
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia bersama Pusat Kajian
Komunikasi Universitas Indonesia (PusKaKom UI) diakhir tahun 2014
telah membuat riset dengan memberikan pertanyaan kepada 2000 responden
mengenai apa saja yang mereka lakukan dengan internet. (APJII, 2015).
Sampel dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan teknik
probabilita cluster random sampling proporsional, artinya sampel
ditarik berdasarkan unit populasi ke dalam kelompok area tertentu di
seluruh Indonesia.
Dalam laporannya, ada lima hal yang paling sering diakses pengguna
internet Indonesia. Pertama, mengakses media sosial. Kedua, pencarian
informasi baik melalui mesin pencari (searching/browsing). Ketiga,
penggunaan Instant Messaging atau Chatting. Keempat, pencarian berita.
Kelima, pencarian video streaming. Dari 2000 pengguna, kebanyakan
pengguna internet didominasi berusia 18-25 tahun sekitar 49 persen.
Usia 26-35 tahun berkisar 33 persen. Usia 36-45 tahun berkisar 14,6
persen.
Internet banyak diakses menggunakan telepon selular atau sekitar 85%.
Para pengguna internet memiliki keakraban yang khusus dengan
smartphone. Laptop atau notebook digunakan sekitar 32%. Penggunaan PC
Desktop hanya sekitar 14%. Hal ini memperlihatkan kehadiran Mobile
Phone dan koneksi mobile broadband yang semakin murah saat ini telah
mempermudah dan meningkatkan akses internet di Indonesia.
Kebanyakan pengguna internet memiliki kesibukan sebagai karyawan atau
wiraswasta sekitar 55 persen. Selain itu, kebanyakan pengguna hanya
menamatkan pendidikannya paling tinggi di tingkat SMA atau SMU
sederajat. Posisi kedua, ditempati oleh para pengguna berijazah S1.
Terkait tempat rumah tinggal, sebagian besar pengguna internet masih
tinggal bersama keluarga inti dan masih tinggal di rumah orang
tua.
Usia 18-25 tahun yang dikenal sebagai Generasi Y di Indonesia akan
mengawali momentum lahirnya generasi “melek” teknologi informasi.
Richard Beach, et all memaparkan bagaimana generasi muda berinteraksi
dengan teknologi saat ini (Smart Parenting, 2011):
“By the time many adults had figured out how to find a webpage,
or check their bank balance online, along came something called Web
2.0. Web 2.0 become a popular term for website that enable users to
publish their own images, stories, diaries, video recordings, music
and so on...Groups of people with similar interests find each other
and in this way networks of people form and grow.”
Banyak remaja masa kini sudah tahu caranya menemukan halaman website,
mengecek tabungan mereka secara online, mempublikasikan foto mereka,
dan bertemu dalam kelompok atau grup tertentu. Banyak informasi yang
secara mudah dan gratis untuk diakses. Internet menjadi tempat yang
nyaman untuk kaum muda dalam bersosialisasi. Hal ini disebut sebagai
era Web 2.0.
Di sisi lain, Richard Beach, et all juga memiliki kekhawatiran yang
besar terhadap teknologi internet. Kecanggihan internet juga bisa
membawa ancaman bagi generasi muda sendiri seperti hadirnya
pornografi, online predator, dan ekploitasi. Di Indonesia sendiri,
pada tahun 2014, ada sekitar 700 situ pornografi yang diblokir
Kementerian Komunikasi dan Informatika karena ekspos pornografi dapat
mengganggu perkembangan emosi dan seksualitas seseorang (Tri Wahyuni,
25 Maret 2015).
Online predator jadi perhatian banyak orang tua. Richard Beach, et
all dalam Smart Parenting menulis:
“Online predators who trick people,use fake personas and have
effective strategies to gain the trust of their victims do exist.
Children and adults have become victims in some very serious cases.
Keeping the lines of communication open with your child about online
activity...”
Mereka adalah orang-orang yang melakukan kekerasan seksual terhadap
anak yang dimulai atau terjadi di Internet. Para pelaku online
predator biasa menipu orang dengan identitas palsu dan memiliki
strategi untuk berkomunikasi dengan korbannya.
Ada beberapa fakta di Indonesia sebagai kekhawatiran para orang tua
terhadap kemajuan internet . Hal ini disampaikan oleh psikolog
Elizabeth Santosa dalam bukunya berjudul Raising Children in Digital
Area (CNN Indonesia, 25 Maret 2015), sebagai berikut:
1. Banyak anak menghabiskan waktu berjam-jam dikamar atau diwarung
internet.
2. Banyak klien mengeluhkan nilai akademiknya turun akibat sering
bermain gawai secara daring.
3. Banyak anak tidak merespon panggilan orang tuanya karena asyik
dengan gawainya.
Bahaya konten negatif sudah banyak dimuat di berbagai media seperti
pemuatan gambar promo, website perjudian, penipuan, pelecehan,
pencemaran nama baik dan berita bohong (Kominfo.go.id, 22 Oktober
2013). Penggunaan jejaring sosial dapat juga berdampak negatif pada
munculnya cyberbullying. Sedangkan, kejahatan dunia maya atau
cybercrime sudah mencapai tahap peretasan situs-situs penting dalam
negri.
Pemerintah kini pun mencanangkan program INSAN (Internet Sehat dan
Aman). Media yang dipakai dalam kegiatan sosialisasi program INSAN
antara lain media tatap muda, internet, televisi, radio, cetak.
Kehadiran internet disosialisasikan juga kepada orang tua dan guru
karena para orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mengawasi anak-anaknya.
Sejak tahun 2012, Ditjen Aplikasi Informatika bekerjasama dengan Asia
Internet Coalition yang terdiri dari Google, Yahoo, Ebay, Skype dan
Paypal dalam melaksanakan sosialisasi INSAN. PT. First Media sendiri
selaku provider penyedia jasa televisi kabel berjaringan internet ikut
serta melakukan sosialisasi INSAN. Namun, pengawasan program INSAN ini
baru menggapai para pengguna internet di PC Desktop dan Laptop.
Menjadi tanggung jawab besar bagi Pemerintah untuk mensosialisasikan
program INSAN di mobile phone.
SIMPULAN
Abad 20 dan 21 menjadi babak baru bagi kemajuan internet yang telah
menciptakan “dunia” baru. Teknologi internet tidak dapat disingkirkan
karena sudah menjadi bagian dari masyarakat. Internet punya kontribusi
besar di masa depan, namun tidak bisa dipungkiri pula bahwa internet
dapat dimanfaatkan secara negatif.
Pemanfaatan teknologi internet akhirnya mengubah pola hidup dan
budaya manusia dalam belajar serta berkomunikasi. Masyarakat Indonesia
sendiri termasuk sebagai salah satu negara yang memiliki antusias yang
tinggi terhadap perkembangan teknologi khususnya gawai (gadget) dan
internet walaupun infrastruktur teknologi internet belum sebanding
dengan negara luar.
Hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
telah memperlihatkan bahwa pengguna internet di Indonesia didominasi
oleh usia 21-35 tahun. Mereka adalah generasi Y atau generasi
Millennials yang lahir diantara tahun 1980 dan 1994. Mereka adalah
generasi yang sudah mulai mengenal teknologi. Mereka terbiasa
menggunakan telepon selular, komputer dan gadget lainnya. Mereka lebih
sering menggunakan teknologi, termasuk teknologi informasi dalam
melakukan berbagai aktivitas, baik di kantor, di rumah, di sekolah
atau saat mengisi waktu luang mereka. Fakta lainnya, kebanyakan
pengguna internet hanya menamatkan pendidikannya di tingkat SMA
dan
Sebagai generasi yang dimanjakan oleh teknologi, tentunya mereka
ingin melakukan segala sesuatunya dengan mudah, termasuk saat
mengakses jejaring sosial, mengirimkan pesan instan, mencari informasi
berita maupun menonton acara video. Banyak informasi yang dapat
diakses dan dikonsumsi secara personal oleh setiap kalangan masyarakat
Indonesia. Namun, akses internet yang begitu bebas di dunia maya
menyebabkan perlunya pengawasan dari pemerintah serta peran serta
keluarga.
Pendapat untuk Pemerintah
Kebijakan Pemerintah memblokir beberapa situs sudah dirasa tepat.
Pemerintah berani tegas. Pemerintah tidak akan bisa bekerja sendiri
tanpa kerjasama dari berbagai perusahan di Indonesia yang mengawasi
lalu lintas penggunaan internet. Menurut saya, pemerintah terlebih
dahulu merumuskan serta memberikan evaluasi secara jelas pada kriteria
penutupan situs internet bermuatan negatif. Kedua, kalangan masyarakat
non pemerintah seharusnya tetap diberikan kesempatan untuk
berpartisipasi memberikan saran dan pengaduan secara terbuka kepada
Kemenkominfo terkait kehadiran situs bermuatan negatif. Ketiga,
sosialisasi Program INSAN masuk sekolah perlu menjadi pertimbangan.
Pemerintah kiranya memberikan dukungan edukasi kepada generasi muda
dalam memaksimalkan penggunaan internet secara sehat dan positif.
Pendapat untuk Para Orang Tua
Di era digital saat ini, peran orang tua tetap diperlukan dalam
melakukan pengawasan terhadap anak-anak yang sangat menyukai untuk
mengakses internet. Jangan sampai komunikasi sebagai sebuah keluarga
inti terhambat hanya gara-gara internet.
Tips pertama, ajak bicara anak anda. Generasi muda tetap butuh
pendampingan. Para orang tua tetap memiliki porsi untuk memberikan
pengertian dan bertukar pikiran tentang teknologi internet. Kedua,
Para orang tua sebisa mungkin menggunakan teknologi internet untuk
mengasah secara efisien keterampilan mereka sejak dini. Ketiga, Para
orang tua harus berani memberikan pengertian serta membatasi waktu
bermain anak terkait penggunaan teknologi internet. Keempat, para
orang tua harus mendidik anak menjadi pengguna internet yang baik
(Good Digital Citizen). Mereka diberikan pengertian tentang prioritas
dalam penggunaan internet: apa yang perlu, penting dan berguna bagi
mereka. Caranya, jelajahi suatu situs internet yang sehat bersama anak
anda dan bicara kepada mereka tentang keunggulannya. Ekspektasi anda
akan memberikan kesempatan untuk memperkuat pengaruh dalam berinternet
yang bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira (diunduh 9 Juni 2015). Sejarah Perkembangan Internet.
www.anneahira.com
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Maret (2015).
Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI.
Briggs, Freda (2011). Smart Parenting for Safer Kids, Australia:
Jojo Publishing.
Burhanudin, Tony, Mei (2015). New Consumer Behaviour, Edisi
05/XV/Mei 2015, www.majalahmarketing.com.
Fajrian. 27 Maret (2015). Demografi Pengguna Internet Indonesia,
CNNIndonesia.com.
Fajrina, Hani Nur. 6 April (2015). Orang Indonesia pilih internet
daripada Mandi. www.CCNIndonesia.com
Hauben, Michael (1997). Netizens: On the History and Impact of
Usenet and the Internet,IEEE Computer Society Press.
www.columbia.edu
Hastyadi Widiartanto, Yoga, 2 April (2015). Empat panel pemblokir
Situs Bermuatan Negatif. www.tekno.kompas.com.
Kominfo, 15 Mei (2015). Sekjen Kemkominfo: Kemajuan TI Semestinya
Memberi Nilai Tambah Bagi Masyarakat, www.kominfo.go.id.
________, 7 November (2013). Pengguna internet di Indonesia 63 Juta
orang, Kominfo.go.id.
Margiono, Ari. 5 Agustus (2012). Investasi bersama Generasi ‘C’,
Hal. 13, Edisi Minggu Bisnis Indonesia.
McCrindle, Mark (2014). The ABC of XYZ: Understanding the Global
Generation, Third Edition. Pg. 8-14, Australia: McCrindle Research
Publication. Mccrindle.com.au
Panji, Aditya. 26 Maret (2015). 10 Negara dengan koneksi internet
tercepat, CNNIndonesia.com
Panji, Aditya, 7 April (2015). Kriteria Situs Bermuatan Negatif
Bakal Diperjelas, CNN Indonesia.com
Wahyuni, Tri, 25 Maret (2015). Cara Pornografi Merusak Otak Sama
Seperti Narkoba. www.CNNIndonesia.com.
Wikipedia (2015). History of The World Wide Web, Wikipedia.org.
Salam Tabik,
BARANG REKOMENDASYIK!