Fenomena Pinjol: Hidup Tanpa Utang, Bisakah?

Fenomena Pinjol: Hidup Tanpa Utang, Bisakah?

Salam Pendidikan Karakter Keuangan,

Selama tahun 2021, berkembangnya fenomena pinjaman online yang ramai diperbincangkan khususnya oleh masyarakat Indonesia. Namun fenomena ini justru menjadi boomerang bagi masyarakat Indonesia karena semakin hari utang itu seperti kebutuhan. Masyarakat Indonesia yang belum memahami literasi finansial dengan baik seperti kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan keuangan dan tidak paham bagaimana pinjaman online berpotensi dapat menggoyangkan kestabilan keuangan.

Dengan fenomena yang sudah disampaikan, ternyata di tahun yang sama juga terjadi banyaknya keluhan dari masyarakat yang dilayangkan kepada pemerintah karena permasalahan penagihan utang atau pinjaman mereka oleh kreditur yang dirasa kurang manusiawi oleh masyarakat. Keluhan-keluhan masyarakat kemudian ditindak lanjuti oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan memperketat cara penagihan utang sehingga bisa dinilai lebih manusiawi.

Berkaca pada latar belakang di atas dan berfikir untuk menganalisa lebih jauh, tentunya dapat memunculkan sebuah pertanyaan untuk kita semua, “Sebenarnya bisa ngga sih kita hidup tanpa utang?”. Pada kesempatan kali ini kita akan bersama-sama belajar untuk memahami bagaimana utang itu bekerja.

Dalam menjawab pertanyaan tentunya kita harus pahami terlebih dahulu mengenai utang, setidaknya ada tiga kriteria untuk menggolongkan utang yang baik atau buruk.

1.     Sifat dari utang yang akan diambil, apakah itu produktif atau konsumtif. Utang produktif adalah utang yang akan digunakan untuk kegiatan usaha dan diharapkan adanya hasil. Utang konsumtif bisa digolongkan ke dalam dua jenis lagi, murni utang konsumtif  yang digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif dan utang untuk mengurangi biaya seperti pembelian rumah dengan sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Utang produktif dan utang untuk mengurangi biaya termasuk dalam utang yang baik.

2.      Kesanggupan kita untuk membayar utang yang akan diajukan, gunakanlah hitungan dan bukan menggunakan asumsi untuk melihat kesanggupan kita. Setidaknya maksimal persentase utang berada di angka 30%, namun apabila terdapat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maka mendapatkan toleransi 40% dari pendapatan dengan catatan harus menurunkan gaya hidup.

3.      Jangka waktu, adanya keselarasan yang baik dalam penggunaan uang yang dipinjam dengan jangka waktu. Ambil contoh seperti, liburan hanya dua minggu, pernikahan, dan resepsi dengan cicilan hingga dua tahun. Penggunaan tersebut sangat tidak selaras dengan jangka waktu cicilan yang dipilih dan termasuk dalam utang tidak baik. 

Dengan mengetahui kriteria di atas, kita bisa memahami dengan baik jenis-jenis utang dan kita bisa mempertimbangkan kembali keputusan yang akan dipilih menuju arah yang lebih baik untuk menjaga keuangan kita.

Sehubungan dengan fenomena ini, tentunya tidak lepas dari kaitannya dengan faktor psikologi manusia dan prinsip hidup yang sebenarnya kurang tepat untuk diikuti karena di luar dari kemampuan kita dan lebih mengedepankan nafsu dan gengsi dibandingkan dengan kegunaan atau kebutuhan itu sendiri, karena bisa berakibat buruk bagi kestabilan keuangan dan kestabilan emosional, ada beberapa contoh kegiatan yang perlu dipertimbangkan kembali, seperti:

1.        Self-healing

2.        Self-reward

3.        FOMO (Fear of Missing Out)

Dari kata-kata di atas tentunya sudah tidak asing di telinga kaum millennial sekarang, kata-kata tersebut diciptakan oleh orang-orang marketing agar penjualan mereka lebih menarik dan memiliki daya dorong yang kuat bagi masyarakat untuk ikut membeli.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada salahnya untuk mengikuti kegiatan tersbut, karena kita sebagai manusia pastinya ingin “membayar” apa yang selama ini kita kerjakan seperti hasil dari kerja keras dan waktu yang lama untuk menabung untuk membeli barang yang kita inginkan, namun ada baiknya kita harus memiliki prinsip hidup yang perlu melakukan pertimbangan kembali untuk memutuskan pembelian atau perencanaan membeli barang-barang yang kita inginkan, kita harus berpikir dengan lebih bijaksana bagaimana kita mengeluarkan uang yang selama ini kita tabung.

Pentingnya menurunkan gengsi untuk terlihat kaya juga penting untuk menjaga kestabilan emosional, tidak semua kebahagiaan harus dicapai dengan kemewahan dan kekayaan, apalagi apabila kita raih kebahagiaan tersebut dengan utang maka bisa berakibat buruk. Maka dari itu kita harus bisa menurunkan gengsi dan memilih untuk meraih kebahagiaan dengan lebih sederhana sesuai dengan kemampuan keuangan kita. Kita bisa melakukan pembagian porsi untuk hal-hal tersebut dengan baik agar kita bisa tetap menjaga kestabilan keuangan.

Dengan kemajuan teknologi dan zaman yang seperti sekarang pastinya ada tantangan bagi kita untuk tetap mempertahankan prinsip hidup tersebut. Setidaknya ada dua cara untuk mempertahankan prinsip ini.

1.        Melihat bagaimana lingkungan di sekitar kita yang kemudian kita harus belajar memposisikan diri kita dengan baik agar tidak terbawa arus kemajuan teknologi dan zaman yang bisa merubah prinsip hidup kita.

2.        Pandai untuk memilih dan memilah teman, lingkungan, dan teknologi yang berkembang saat ini. Kendalikan diri kita dari teman, lingkungan, dan teknologi yang sekiranya bisa mempengaruhi kita menuju ke arah yang buruk.

Kembali dengan utang, mungkin diantara dari kita sudah ada yang terlanjur masuk ataupun mengikuti kegiatan berutang, ada beberapa cara untuk membantu kita untuk keluar dari permasalahan ini, seperti:

1.        Mengakui kepada diri sendiri bahwa kita berada di dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.

2.        Memiliki niat dan tekad yang kuat untuk melunasi utang tersebut.

3.        Mencari cara melunasi utang seperti dengan menjual asset atau membuat perencanaan untuk melunasi utang dalam sekian bulan atau tahun dan berdiskusi dengan pemberi utang.

4.        Tidak dianjurkan untuk menggunakan sistem gali lobang tutup lobang.

 

Sebagai penutup dan kesimpulan, sebenarnya kita sangat bisa untuk hidup tanpa utang dengan meniatkan dan mengupayakan bahwa hidup yang lebih enak dan nyaman adalah dengan tidak melakukan utang ataupun pinjaman. Apabila kita akan merencanakan atau sudah memiliki utang, pastikan utang tersebut merupakan utang yang produktif, bukan utang konsumtif.

 

Semoga bermanfaat.

Petrus Hepi Witono.

Dosen CBDC Binus dan Pemerhati Keuangan

www.lembutambun.com

 

 

           

           

Post a Comment

0 Comments