Mengapa Anda Perlu Move-On dari Demam Era “Disruption”, Dan Fokus Persiapan Menyongsong Era “Abundance”.

Mengapa Anda Perlu Move-On dari Demam Era “Disruption”, Dan Fokus Persiapan Menyongsong Era “Abundance”.

"A good hockey player plays where the puck is. A great hockey player plays where the puck going to be"
(Walter Gretzky)

Kalimat di atas adalah nasehat Walter Gretzky pada anaknya, Wayne Gretzky, yang di kemudian hari atas bimbingan sang ayah, ia menjadi pemain Hockey legendaris dari Canada.

Karena di Indonesia lebih populer sepak bola dibanding hockey, ijinkan saya menerjemahkan dalam dunia sepak bola:

“kalau anda ingin jadi pemain bola yg baik, cukup arahkan pandangan mata kearah bolanya. Tapi kalau anda ingin jadi pemain bola HEBAT, arahkan mata dan permainan anda ke arah dimana bola AKAN MENUJU”.

Era “DISRUPTION” adalah dimana bolanya SEKARANG. Era “ABUNDANCE” adalah kemana bolanya AKAN MENUJU.

Kalau anda masih juga membahas wacana dan menghabiskan  waktu anda bicara era disruption, anda akan jadi pemain yg baik. Tapi kalau anda menginginkan jadi pemain yg sukses besar (hebat), anda harus arahkan energi pikiran dan ikhtiar anda untuk menyongsong era abundance.

Biar jelas, kita bahas dulu, apa yg dimaksud dengan era disruption (gangguan) vs era abundance (keberlimpahan).

Ini berawal dari thesis Ray Kurzweil, Co-Founder Singularity University. Di tahun 1999 beliau menulis buku "The Age of Spiritual Machines" dan mengeluarkan thesis tentang "The Law of Accelerating Return".

Menurut penelitian beliau, Law of Moore tidak hanya berlaku dalam 50 tahun terakhir, tapi polanya telah hadir sejak 120 tahun terakhir, di mana teknologi bergerak secara eksponensial. Artinya, kecepatan prosesor komputer, daya tampung hard disk, dan segala hal yg disentuh keajaiban teknologi informasi, berlipat dua setiap 18 bulan, atau jadi lebih murah setengahnya.��

Maka itu sebabnya, gabungan teknologi yg ada di HP anda sekarang ini, harganya 1/10.000 dari 25 tahun lalu, dimana saat itu total harganya sekitar 1 juta dolar = Rp. 14 Milyar (karena di situ ada GPS, gyroscope, mesin fax, video recorder, radio, TV, kamera foto, ensiklopedi, kamus, telepon, scannner. dll).

Co-founder Singularity University yg satunya, Peter Diamandis, membuktikan bahwa kemajuan teknologi secara eksponensial ini melalui 6 tahapan, yg beliau sebut dengan "6D of Exponential Growth", yaitu:

1. Digitalization (Transformasi dari analog menuju digital di hampir semua sektor)

2. Deception (Banyak orang terlena karena awalnya kelihatan pelan dan cuman riak2 kecil, sampai pertumbuhan eksponensialnya menyentuh “knee of the curve” alias “titik lejit”)

3. Disruption (Titik lejit menjadi reaksi atom yg mengguncang kemapanan. Ini yg sedang kita ributkan sekarang dan bikin banyak orang dan perusahaan panik. Tapi ini hanya fase transisi menuju 3D terakhir)

4. Dematerialization (semua produk kehilangan wadah fisik untuk ditransfer di “Cloud” alias awan digital tak bertepi.

5. Demonetization (Di dalam “awan digital” tempat menyimpan segala hal itu hampir semua biaya jadi turun drastis. Buku, musik, film, ilmu, informasi, komunikasi, dll tiba2 jadi membludak volumenya, dan makin lama makin murah harganya)

6. Democratization (Pada puncaknya, karena semua serba berkelimpahan dan berbiaya minimal sekali, maka terjadilah era “Abundance” atau disebut “Free Economy” dan “Sharing Economy”.

Sebenarnya anda sudah merasakan icip-icip dari Free Economy ini: Kiirm surat gratis (email), telpon interlokal gratis (WA call), sekolah gratis (khannacademy), kuliah gratis (coursera), Buku gratis (pdfdrive.net), film dan musik gratis (youtube), rekaman ceramah, seminar dan training gratis (youtube), disain gratis (canva),main game gratis (anak saya yg tahu ini), kumpul2 ngobrol bareng 50 orang dari segala penjuru dunia gratis (zoom), Penginapan gratis (couchsurging), dll.

Dan kegratisan (atau minimal harga murah sekali sehingga terjangkau untuk semua orang) ini makin lama akan makin masif, karena akan menular ke segala bidang yg lain, terutama energy, air, makanan, barang2, transportasi dan kesehatan. Anda bisa membaca di bukunya Peter Diamandis: “Abundance: The Future is Better than You Think” tentang ulasan ilmiah bagaimana ini semua sedang terjadi sekarang, dan akan berjalan lebih massif lagi.

Diperkirakan Free Economy akan hampir meliputi segala hal saat terjadi yg disebut era “Singularity”, Yaitu saat Kecepatan processing komputer seharga 1000 dolar sudah menyamai kemampuan prosessing otak manusia (10 terabyte/second). Ray Kurzweil, genius visioner MIT yg sejauh ini dari 150-an prediksi ilmiahnya terbukti 126 diantaranya benar2 terjadi ontime atau bahkan lebih dulu dari prediksinya,  memprediksikan era Abundance (Singularity) ini momentum besarnya terjadi di sekitar tahun 2035-2040.

Saat itu terjadi, jenis pekerjaan yg ada saat itu 65% belum anda jumpai sekarang. Robot dan komputer (AI) mengambil alih 50% pekerjaan otot dan otak manusia.  Maka manusia jadi bisa fokus ke pekerjaan2 yg lebih bermartabat yg menggunakan “advanced brain” (kreatifitas, dll) beserta “hati dan jiwa” (kecerdasan emosi, sosial, spiritual) yg tidak dimiliki robot & AI. Atau dengan menggunakan “Neural-link”, kemampuan otak kreatif kita bisa kita bikin merger dengan kemampuan super komputer yg terhubung langsung ke otak.

Bayangkan ketika hampir semua serba murah dan terjangkau, 50% pekerjaan dilakukan robot & AI, dan Dunia dipenuhi orang2 yg “The Have dan Super Have”, tidak ada lagi yg “The Have Not”, kira2 anda masih “Takut Terdisrupsi” atau Semangat dan Optimis?

Bahkan kalaupun perusahaan dan pekerjaan anda saat ini sedang, atau akan tergulung habis oleh para disruptor, mestinya anda tidak perlu pesimis, takut atau marah. Mestinya anda bahagia karena revolusi teknologi ini insya Allah akan berakhir indah. Dan pekerjaan anda yg hilang itu cuman sebuah pertanda bahwa anda harus segera punya keahlian baru, kreativitas dan pekerjaan baru yg matching dengan kebutuhan zaman.

Era disrupsi yg penuh gejolak ini adalah era transisi yg harus diterima dengan semangat dan optimisme, sebelum kita masuk era abundance. Nah pertanyaan paling pentingnya sekarang:

1. Peluang apa aja yg akan hadir di era Abundance?

Kemampuan menangkap peluang ini akan menentukan anda akan menjadi The Have atau Super Have (tenang, tidak akan ada yg jadi “The Have Not” yg kelaparan atau kurang sandang, pangan, papan).

2. Apa saja yg perlu anda persiapkan untuk menangkap peluang2 dahsyat ini?.

Siapkan diri, keluarga dan perusahaan anda saat era itu belum datang. Jangan baru siap2 saat dia sudah datang (seperti kasus demam “era disruption” saat ini). Belajarlah berenang sebelum banjirnya datang.

3. Apa saja efek samping yg akan terjadi, dan bagaimana kita mengatasinya bersama2?

Tentu saja seperti segala hal baik yg lain, kita tidak boleh tutup mata bahwa akan ada efek samping yg perlu kita antisipasi. Tapi tidak perlu khawatir berlebihan, umat manusia selalu berhasil mengatasi tantangan zamannya masing2.

Mari kita diskusikan di tulisan2 berikutnya, karena saya tahu di jaman NOW ini, kita males baca tulisan2 yg panjang. Lagi pula Bus saya sudah hampir nyampai Chicago.

Mari tebarkan Optimisme, Kawan..

Chicago, 17 Nov 2017,
Ahmad Faiz Zainuddin
Mahasiswa MBA
Warwick Business School, UK
Indiana University, USA
Alumni Singularity University, Silicon Valley, USA

Sementara itu.. Senyampang demikian..
Berikut bagan ringkas perbandingan Mind-Set (pola pikir) dan Heart-Set (suasana batin) saat kita fokus ke Disruption Vs. Abundance.

https://www.facebook.com/AhmadFaizZainuddin/posts/993457834127064

Referensi Untuk Menyelami lebih dalam:

1. https://www.neuralink.com : perusahaan yg baru didirikan Elon Musk untuk mennghubungkan Otak manusia dengan komputer secara langsung. Btw sedang buka lowongan pekerjaan. Silahkan daftar bagi yg merasa qualified

2. https://su.org : Singularity University, tempat saya kuliah minggu lalu. Lembaga pelopor konsep “Era Disruption & Abundance”

3. https://www.blueoceanstrategy.com/what-is-blue-ocean-shift/ : bagaimana mengubah pola pikir dan strategi bisni dari serba ingin bersaing (scarcity mentality) menjadi serba ingin berkreasi tanpa mengganggu siapapun


Sumber: Whatsapp Group Lintas Alumni MM Trisakti

Post a Comment

0 Comments